Anak Papua Itu Jadi Ajudan Kapolda Metro Jaya



Oleh: Mega Simarmata, Editor in Chief KATAKAMI




Jakarta, Selasa 6 Oktober 2015 (KATAKAMI) --- Polisi ini masih sangat muda.

Lulusan Akpol tahun 2006.

Namanya Stefanus.

Pekan lalu, saat saya diundang Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian untuk datang berdiskusi dengan beliau di ruang kerjanya, sebelum masuk ruang kerja Pak Kapolda saya belihat seorang polisi berkulit hitam dan berambut keriting.

Sikapnya santun sekali.

Saya sapa, "Kau asal darimana?".

Polisi itu menjawab, "Siap, dari Sorong, Ibu".

Saya katakan lagi, "Oh. Dari Sorong. Ngomong-ngomong, Sorong itu dimana? Papua, atau Papua Barat?"

Polisi itu menjawab, "Siap, ada di Papua Barat, Ibu"

Saya katakan lagi seperti ini, "Oh Papua Barat, itu yang Kapoldanya Brigjen Royke Lumowa?".

Polisi itu menjawab, "Siap, betul Ibu".

Begitulah percakapan perkenalan kami, saat saya bertandang ke Polda Metro Jaya.

Saya pikir, polisi ini cuma staf biasa disana.

Sebab dia duduk di meja yang biasanya diduduki oleh PNS di seberang ruang kerja Metro 1.

Ternyata polisi itu adalah Ajudan Kapolda Metro Jaya.

Dan saya baru tahu belakangan bahwa dia adalah ajudan.

"Ternyata kau ajudan Bang Tito. Kupikir kau cuma staf biasa, Stefanus" kata saya akhir pekan lalu.

"Siap Ibu, saya baru dipanggil untuk jadi ajudan Bapak lagi. Dulu waktu Bapak jadi Kapolda Papua, saya ajudannya" kata Stefanus, Anak Papua yang kampungnya ada di Sorong.

"Wah, hebat Stefanus, ada orang Papua jadi Ajudan Metro 1. Bagus. Bagus" kata saya.

"Iya ibu, Ajudan semua ada 3. Kami tugasnya 2 hari 2 hari. Tapi kalau yang 1 sedang tugas, yang 1 tetap masuk sebagai cadangan" begitu penjelasan Stefanus kepada saya.

Oleh karena kami sudah saling kenal dan berteman baik.

Satu ketika, ajudan ini berusaha menyahuti saya dengan baik.

"Bapak ada dimana, Stefanus?" tanya saya pada suatu pagi.

"Siap, lagi olahraga ibu. Ibu tidak olahraga?" katanya.

Saya jawab, "Kalau saya Stefanus, saya gak mau rajin olahraga kayak Pak Kapolda, Stefanus. Saya malas olahraga. Untuk wartawan kayak saya, mikir aja udah termasuk olahraga".

Ajudan itu geli dengan jawaban saya.

Pada kesempatan yang berbeda, mungkin karena ajudan ini sedang sangat sibuk, dia salah mengirim jawaban pada saya lewat sms.

Dia panggil saya Bapak.

"Siap Bapak terimakasih".

Saya balas sms-nya, "Stefanus, kalau kau panggil lagi aku dengan sebutan Bapak, besok besok kau kupanggil Mace" kata saya.

Ajudan ini buru-buru menjawab, "Siap maaf Ibu".

Mace adalah panggilan untuk kata Ibu dalam bahasa Papua.

Itulah kisah ringan tentang seorang putra daerah Papua, yang kini menjadi Ajudan Kapolda Metro Jaya.

Kulit memang hitam.

Rambut memang keriting.

Tapi anak Papua ini sangat santun, pintar dan itu sebabnya ia dipercaya menjadi ajudan Metro 1.

Saya ikut bangga, sebab kita semua di Indonesia ini, sungguh ikut mencintai Papua secara tulus. (***)



MS

Reply · Report Post