BieberLoveStory HURTS by @bizzledamnit




Ini cerita lanjutan dari Certan gue yg membangke sebelum baca cek dulu @bieberayxx cek favsnya, kalo gasalah ada 58 tweets jadi entar kalian gapusing bacanya, nama tokoh tokoh disini bakal gue ganti, jadi ga sama kaya yang di certan. semoga kalian suka yaaaa, mohon maaf kalo ceritanya gaje sama banyak typo. Komen+Retweet+FAV yaaa, karena itu berarti banget buat gueee hehe mwah:*




Alexandra Bieber, gadis itu tengah menyiapkan sarapan pagi untuk suaminya, Justin Bieber. kedua pasangan itu baru saja melangsungkan pernikahan sekitar 2 hari yang lalu. Alexa dapat melihat Justin tengah menuruni anak tangga rumah milik Justin, Pria itu sudah rapih dengan pakaian kantornya. Justin menduduki kursi meja makan. Keduanya duduk saling berjauhan. Justin Melayangkan tatapan dingin dan Tajam kearah Alexa.




"Siapa yang membuat semua ini?"



Dingin dan Ketus, Alexa meneguk ludahnya. ragu untuk mengatakan bahwa semua sarapan yang tersedia di meja makan ini adalah buatannya.



"Aku"



Justin menghentikan gerakannya yang akan memakan roti yang berada digenggamannya sekarang. Pria itu menyimpan kembali Roti yang digenggamnya.




"Sudah kukatakan, jangan pernah kau memasak atau membuat apapun dirumah ini. aku tak ingin mati hanya karena masakanmu itu"



Justin bangkit dari kursinya dan berlalu begitu saja.




Alexa menghembuskan nafasnya dengan berat, mata gadis itu berkaca kaca sekarang.




"Sudah kukatakan, dia hanya mencintaimu. Lexie"




Alexa melangkahkan kakinya menuju kamarnya, kamarnya dan Justin berbeda, Justin tak ingin satu kamar dengan alexa, Alexa menghempaskan bokongnya diatas ranjangnya, gadis itu menatap dua bingkai foto yang berdiri dimeja kecil yang berada disebelah tempat tidurnya, Alexa mengusapkan jari jarinya diatas bingkai foto tersebut, Didalam bingkai itu terdapat foto dirinya dan Fran. Gadis manis yang memiliki sepasang bola mata yang indah berwarna biru itu menggelengkan kepalanya mencoba untuk tidak menangis dan mencoba untuk tidak mengingat kejadian satu minggu yang lalu.





"Aku merindukanmu, Fran"




gadis itu benar benar merindukan sosok kekasihnya, Fransisco. Pria yang mampu membuatnya Jatuh cinta dalam sekejap. Gadis itu merindukan semua tentang pria itu, tatapan hangatnya, genggamannya, dekapannya, kecupannya, semua, semuanya.




"Hanya kau yang dapat mengerti diriku, hanya kau Fran. aku meridukanmu, apa kau mendengarku?"




Alexa menggigit bibir bagian bawahnya saat dia mengingat kejadian yang menyakitkan dan sangat memilukan yang merenggut nyawa kakak dan kekasihnya. Lexieandra dan Fransisco.




"Seharusnya Lexie yang menikah dengan pria dingin itu, bukan diriku. dan seharusnya aku menikah denganmu bukan pria dingin itu"






"Dan seharusnya aku pergi bersamamu pada hari itu. bukan bersama Justin. Maafkan aku Fran, Maafkan aku"




Alexa menarik nafasnya dalam dalam mencoba memutar sedikit kejadian satu minggu yang lalu.





FlashbackON-





"Lexa, sebaiknya kau pergi bersama Justin. aku masih belum selesai, Brandon menumpahkan minumanku alhasil Dressku menjadi basah"



Alexa menggelengkan kepalanya.




"Tidak, aku akan pergi bersama Fran. apa apaan kau ini"



Lexie mencebikkan bibirnya, menggerutu pelan.




"Kau taukan, justin benci menunggu? ayolah tolong aku, lagi pula kekasihmu itu belum datang menjemputmu"




Alexa kembali menggelengkan kepalanya.




"Tidak mau kau---"



"Alexandra, ayolah. Lagi pula kau hanya perlu duduk dimobil Justin hanya duduk saja. Aku akan menyusul bersama Fran. Aku tidak akan merebut kekasihmu tenang saja, aku akan menikah dengan Justin 1minggu lagi"




"Lexie, kau taukan bagaimana sikap Justin kepadaku? Aku tidak mau"



"Aku sudah mengiriminya pesan, dan dia bilang 'iya' dia sudah menunggu dibawah. Cepat temui dia. Soal Fran, nanti aku yang akan menjelaskan kepadanya"




Alexa tidak dapat berbuat apa apa, dia hanya menuruti ucapan kakaknya. Alexa dapat melihat Justin dari atas sini. Berada disisi Justin sekarang ini adalah hal yang mengerikan untuk seorang Alexandra, mengingat cerita tentang mereka berdua yang tidak baik.




Justin melangkahkan kakinya menuju mobilnya saat pria itu melihat Alexa tengah menuruni tangga. Alexa tak ingin membuang waktu gadis itu langsung membuka pintu mobil Justin dan duduk disana.



Justin menjalankan mobilnya dengan kecepatan yang tinggi. Mereka ber-4 Justin&Lexie Fran&Lexa mereka akan melaukan double date. Semua ini keingan Lexie, gadis itu merengek terus menerus. Mau tak mau Alexa harus mengiyakan permintaan kakaknya itu. Sesampainya di tempat tujuan mereka, Alexa melangkahkan kakinya dengan santai. Diikuti dengan Justin yang berada dibelakang Alexa. Baru saja Alexa ingin menghempaskan bokongnya berniat untuk duduk tiba tiba saja benda pipih yang tengah berada di genggamannya bergetar tanda ada panggilan masuk, Alexa tersenyum saat melihat nama siapa yang tertera disana, Fran tentu saja. Alexa segera mengangkat panggilan itu.




"Halo fran? kau di----"



Alexa menggangtungkan ucapannya, Justin yang melihat hal itu langsung mengerutkan dahinya. Rasa penasaran Justin semakin bertambah saat melihat Alexa terus menerus menggumamkan kata 'Tidak mungkin' dan diiringi dengan air mata yang mengalir dengan hidmat dipipi Alexa.



"Lexa? apa yang terjadi?"




Justin jadi ikut panik, bagaimana tidak? dulu, gadis yang berdiri dihadapannya ini adalah sahabat terbaiknya. itu dulu.




"Justin, kita harus segera ke Rumah Sakit. sekarang"




Justin bingung, Rumah Sakit? tak ingin membuang waktu yang lama, Justin mengikuti langkah gusar dari alexa mereka berdua memasuki mobil Justin dan melesat begitu saja.





*****


AlexandraPOV*



tak henti hentinya aku menangis, tak henti hentinya aku berdoa, berdoa yang terbaik untuk kekasih dan kakak perempuanku. rasanya aku ingin memutar waktu, seharusnya aku yang berada didalam mobil Fran, bukan Lexie. Fran dan Lexie baru saja mengalami kecelakaan, mobil yang dikendarai oleh Fran ditabrak oleh sebuah Truck. Keduanya mengalami luka yang cukup parah. Aku menatap wajah Fran, wajahnya yang masih tetap indah dan tampan, meski terdapat beberapa lebam lebam diwajahnya.

Aku menautkan jari jariku dengan jari jari Fran. Tuhan aku sungguh mencintai pria ini, kumohon selamatkan dia.




"Fran, bangun"




sudah 3jam aku menunggunya untuk membuka kedua matanya.





"Fran, aku mencintaimu. kau tau itukan? kumohon bangunlah"




Air mata ini tak ingin berhenti, sial. Aku tak melihat adanya pergerakan dari tubuh Fran. tidak ada. aku mencoba menutup kedua kelopak mataku mencoba untuk tertidur, aku mengurungkan niatku saat aku merasakan tangan Fran mengeratkan genggamanku. aku yang melihat pergerakan itu aku langsung tersenyum. akhirnya.




"Hey"




tukasku, aku mengabaikan suaraku yang terdengar pecah.




"Hey, jangan menangis"




Fran melepaskan genggamanku, dia menggerakkan jari jarinya mendekat kearah pipiku, Fran menghapus air mataku. aku dapat melihat senyum manis yang mengembang di bibirnya.




"Jangan menangis lagi ya?"




Aku hanya menganggukkan kepalaku.




"Alexa, kau tau kan aku sangat mencintaimu?"




Aku kembali menganggukkan kepalaku. aku tau, dia mencintaiku lebih dari apapun. Bahkan dia tau, hingga detik ini aku masih memiliki perasaan kepada Justin, dia tidak marah dia memaklumi hal itu. ini yang membuat aku dapat mencintainya dalam sekejap.




"Aku tau, begitupun aku. sebaiknya kau istirahat, jangan banyak bergerak. aku tidak mau kau---"



"Alexa, aku sudah tidak kuat. ini sakit, sakit sekali"



aku merasakan sakit yang mendalam saat mendengar ucapan Fran, aku dapat merasakan nada tersiksa dan nada sakit disana. aku menggelengkan kepalaku. dia kuat, dia pasti bisa.




"Kau bisa, kau bisa Fran. kumohon, demi aku?"



Fran mencoba menarik nafasnya, bahkan menarik nafasnya saja dia melakukan hal itu dengan susah payah.




"Alexa, apapun yang terjadi denganku nanti. kumohon relakan aku, aku mencintaimu, sungguh. bukan maksudku untuk menyakitimu bukan. aku beruntung sekali bertemu denganmu dan aku senang sekali menjadi kekasihmu, dan aku tidak pernah menyesal telah mencintaimu"



Apa apaan ini? tidak, tidak boleh.




"Fran---"



"Apa kau senang melihatku menderita seperti ini?"




Pertanyaan Fran berhasil menohok jantungku. tentu saja tidak, aku tidak ingin melihat kekasihku menderita. aku menggelengkan kepalaku.





"Maka dari itu, relakan aku. relakan aku pergi, melepaskan rasa sakit ini. aku tidak memiliki orang tua mereka sudah meninggal, kau tau itukan? hanya kau satu satunya orang yang paling berharga didalam hidupku. maafkan aku yang mengingkari janjiku untuk menikahimu kelak, siapapun suami mu nanti, kau harus berjanji padaku. kau harus berbakti kepada suamimu, dan selalu melayani suamimu dengan baik, will you?"





aku bingung, bingung harus menjawab apa. karena, hanya Fran lah yang akan menjadi suamiku, hanya dia. aku tak ingin membuang waktuku. aku berusaha menganggukkan kepalaku walaupun berat rasanya.




"Kemarilah"




aku mendekatkan tubuhku kepadanya, wajahnya dan wajahku hanya berjarak beberapa cm saja, aku dapat merasakan jari jarinya membelai lembut wajahku. aku tersenyum, tersenyum pahit. melihat keadaan kekasihku yang bisa dibilang sekarat itu sakit.



"Semua rasa sakitmu nanti akan terbayar, percayalah. Aku mencintaimu, lebih dari aku mencintai diriku. aku ingin memelukmu"




Fran mencium kening dan bibirku sekilas. lihat? bahkan dalam keadaan seperti ini saja dia masih memberikan perlakuan yang manis kepadaku. aku dapat merasakan kedua lengannya merengkuh tubuhku, aku meletakkan kepalaku diatas dadanya.




"Aku mencintaimu, selalu dan selamanya"



bisiknya.




"Akupun Fran, aku mencintaimu"



Aku merasakan rasa yang hangat dan nyaman. aku selalu menyukai caranya memelukku.





Hingga akhirnya







aku merasakan pelukan yang awalny erat sekarang melonggar, bahkan aku sudah tak merasakan kedua lengan Fran yang mulanya melingkar erat dipinggangku. Aku menggigit bibirku sekeras mungkin, hingga detik selanjutnya aku dapat mendengar suara pendeteksi Jantung yang melengking dan memekakkan telingaku, suara mesin itu layaknya sambaran petir ditelingaku.




"Aku mencintaimu, Fran"



he's gone.





FlashbackOFF-





*****



JustinPOV*




"Kau harus berjanji kepadaku, kau harus menjaga Alexa dan mencintainya sama seperti kau melakukan semua hal itu kepadaku, Menikahlah dengannya. jangan sakiti dia, Justin"




Kalimat itu terus berputar putar didalam kepalaku. Kalimat terakhir Lexie.

persetan dengan semua itu, Alexa yang bersalah disini, Alexa yang membuat aku kehilangan Lexie, gadis yang kucintai. seharusnya dia yang mati bukan Lexie. sial, rasa amarah ini tak dapat lagi kubendung, setiap aku pulang kerumah aku akan selalu berada dipuncak emosiku, adanya Lexa mengingatkanku kepada Lexie. aku tidak akan pernah berlaku baik kepada gadis sialan itu, tidak akan pernah.




Aku membanting pintu mobilku dengan kasar, aku membuka pintu rumahku, aku melepas jas dan tasku. mencari dimana keberadaan Lexa, dia harus mendapatkan ganjaran yang setimpal.




"Lexa!"




Teriakku memanggil namanya, dimana gadis sialan itu.




"Lexa!"



aku kembali menyerukan namanya, teriakan keduaku berhasil membuatnya keluar dari kamarnya.




"Justin, ada a---"



Aku menerjang tubuhnya, menempelkan bibirku diatas bibirnya, dengan kasar. ya aku akan melakukannya dengan kasar, dan jauh dari kata lembut.



"Justin lepaskan aku, apa apaan ini!"




dia mencoba mendorong tubuhku, aku menyeringai didepan wajahnya.




"Apa kau lupa sayang, kita belum melakukan malam pertama kita. aku rasa malam ini malam yang tepat. Jangan memberontak ataupun membantah, atau aku akan mematahkan tanganmu"




"Tapi Justin ak---"




*PLAK*




"Sudah kukatakan, jangan memberontak ataupun membantah. ayo sayang, aku sudah tidak sabar"



Aku menyeret tubuhnya dengan kasar, sesampainya didalam kamarnya aku langsung membuka semua pakaianku hanya tersisa boxer saja. setelah selesai dengan pakaianku, aku mengalihkan pandanganku kearah lexa, dia bergetar ditempatnya. ini yang aku suka, melihatnya tersiksa.


aku langsung merobek pakaiannya, dapat kudengar ringisan dari bibirnya, aku tak perduli.




"Justin, jangan"




"Apa sayang? Katakan sekali lagi?"





"Ja-ngan kum-- Awww"




Aku menjambak rambutnya dengan sekali tarikan.




"Ini kali ketiga aku memperingatkanmu, jangan memberontak ataupun membantah. Kau dengar itu!"





Dia menganggukkan kepalanya dengan pasrah, setelah membuka semua pakaiannya aku langsung menghujam miliknya dengan milikku, dengan hentakan yang keras dan kasar. Aku tau dia masih perawan, aku tidak perduli dengan suara jeritannya yang kesakitan, sampai kapanpun aku tidak akan pernah perduli padanya. Tidak akan pernah.















Jengjeng.....gue skip, puasa weh wkwkwk, ini BLSnya cuma beberapa part doang yah, gue gatau sampe part berapa. Pokoknya ini gaakan panjang panjang, ini cuma lanjutan certan yg gue di favs @bieberayxx sebisa mungkin gue rombak ini cerita biar kalian yg gabaca certan gue gapusing, gue saranin baca dulu sih soalnya disana ada beberapa Clue gitchu. aslinya gak kaya gini ceritanya wkwkwk. Monggo di komen+retweet+FAV ;;)

Reply · Report Post