--- Baby Don't Go ---


-- PART 15 --




AJENG POV
Gue lagi ada di kamar sibuk twitteran waktu Justin ngetok kamar gue yang kebuka pintunya. Gue menoleh bentar, sementara dia memberi kode minta ijin masuk dengan tersenyum. Gue lalu mengangguk kecil dan menggerakkan kepala gue sedikit, memberikan ijin.
“What are ya doing boo,” kata Justin sambil duduk di atas kasur gue, sementara gue masih menghadap laptop sebelum akhirnya memutar tubuh dan posisi duduk gue, menghadap Justin.
“Nothing much, just playing on twitter and stuff. What happen?” kata gue sambil menaikkan alis. Justin tersenyum.
“I gotta go back tomorrow,” kata Justin dan gue langsung diem. Mulut gue setengah membuka sedikit. Pasti bloon banget tampang gue. Tapi ga boong, gue shock. BESOK? DIA PULANG BESOK?
“But, you said,… I mean, you still have 3 days here, don’t you?” gue bahkan bingung mesti gimana ngomongnya.
“Yeah well, Scooter had all this plan and stuff, and they will stay here, in Miami hotel, tonight. And I will go back to Atlanta tomorrow with him. And all the crew,” kata Justin lagi. Gue terdiam.
Jadi gini aja gue sama Justin?
“You must be kidding me, aite? Justin, it’s not even funny,” kata gue mulai bête.
“I hope, but it’s true,” kata Justin pelan. Gue diem aja. Ya Tuhaaaan, begini doang ternyata idup gue sama Justin Bieber? Kenapa miris amat ya? 2 minggu ga ada pergerakan atau kemajuan apapun. Dan kemaren dia nembak gue, dengan dongonya gue diem aja. Pasti dia mikir gue sok jual mahal. Padahal mah, astagaa, siapa juga yg ga mau jadi pacar dia? Apa gue bilang aja kali ya?
Gue menunduk sambil mikir gitu. Ga boong, gue sedih juga. Udah lebih dari 10 hari dia di rumah gue, dan gue juga udah kayak terbiasa punya dia, ngeliat dia di rumah. Dan seketika gue kayak flash back. Dari hari pertama ketemu pas gue nabrak gue waktu depan kamar mandi, gue nabrak dia di laundry room yg dia megang gue, ke tempat ka Caitlin malam mingguan, sampe yang terakhir kemaren dancing under the moonlight. Dan status gue belum berubah. Dan hubungan gue masih gini-gini aja. Sedih banget idup gue.
“That’s why I came here,” kata Justin lagi. Gue masih menunduk gitu.
‘I wanna ask you to go out with me,” kata Justin lagi. Gue mengangkat kepala gue, dan memandang ke arah Justin sambil menaikkan alis.
“Go out and have dinner with me tonight, please?” kata Justin dengan muka melas dan tampang memohon.
INI GUE GA MIMPI KAN PEMIRSA? SI JUSTIN NGAJAK GUE NGE-DATE?
“Tonight?” kata gue masih ga percaya. Sok cool, padahal gue udah nahan diri banget buat ga koprol sama goyang gayung depan Justin sekarang.
“Yeah, like around 3 hours from now on maybe, mengingat sekarang sudah jam 3 lebih, dan kita mungkin bisa pergi sekitar jam 6,” kata Justin sambil sekilas melihat jam tangannya.
YA TUHAAAAAN, kalo ini mimpi, jangan bangunin gue dulu, please banget siapapun! Nanti aja bangunnya pas bagian gue sama Justin dinner udah terlewati.
“Ooooh-kay,” kata gue dengan sedikit sesak napas. Justin tersenyum manis banget.
“And here’s the things,” Justin meletakkan kotak berwarna silver di sebelahnya, yg dari tadi dia pegang, tapi gue gak perhatiin.
“Things?” kata gue bingung.
“Just wear that, kay? And meet me around 6, 3 hours from now on, downstairs,” Justin berdiri sambil tersenyum dan berjalan ke arah gue. Abis itu dia nyium puncak kepala gue, lalu keluar dari kamar gue, tanpa sedikit pun menoleh ke belakang.
OKSIGEN MANA OKSIGEN?!


JUSTIN POV
I did it! I asked her out! I don’t know why I was so damn nervous like hell. I mean, last time I was like this, maybe with Caitlin. No, not as nervous as now. Yeah because me and Cait was chill each other. No, last time I became like this was when Shay, yeah, you know her aite? I mean, I was in Junior High School, short, not good looking, have no money, and then ask her out. That was freaking me out. And now it happen again, just as nervous as that time!
Aku berjalan mengambil iPhone merahku, lalu mengetikkan beberapa kata, dan mengirimkannya kepada Ryan Butler, sahabat terbaikku. Tidak perlu menunggu sampai semenit, dan hapeku sudah sibuk berdering. Telpon dari Ryan.
“Yo bud,” kataku sambil mendekatkan hape ke telinga.
“HELL NO!” teriak Ryan di ujung sana.
“I don’t know dude, chill! You know, I was just like, try to be cool and gently, and then kissed her head like, I mean Ry,”
“Daaaaamn! Listen how you talking bout this like, a girl that will go in front of class and start telling the class bout her Barbie and Ken wedding!” kata Ryan, mengejekku di ujung sana.
“SHUT UP AND STOP TEASE ME!” kataku, tapi Ryan malah tertawa makin kencang.
“Do you think it’s love?” kataku lagi, tapi bukannya menjawab, Ryan malah semakin semangat tertawa.
“Yo nigga, I don’t need your freaking voice laughing on the phone, like hell no!” kataku mulai kesal. Ryan sangat tidak mengerti perasaanku.
“Hahahaha, sorry bud, you know me. My bad, my bad,” katanya, masih sambil tertawa kecil.
“Shut up!” kataku lagi, dan aku bisa merasakan Ryan menahan tawanya, sambil membayangkan ekspresinya.
“So, how’s she? I mean, respond?”
“I don’t know! Told you, I was try to be cool and have swag, walking like a boss, and seems chill,” kataku lagi, dan tawa Ryan kembali meledak.
“Dammit you butsy!” kataku lagi. Ryan kembali tertawa.
“Okay, sorry. Well, let’s say, you do have feeling with this girl,”
“You think so?”
“Yeah, I mean, look how strange you are. Wait, is it the real Justin Bieber? Or you do a prank call on me,” kata Ryan lagi.
“It’s not even funny you Butt-head,” kataku mengejeknya kecil. Kami selalu begini. Ryan dipanggil butsy karna, bokongnya yang besar. Kadang dia juga dipanggil butt-head, karna kepalanya sebesar bokongnya. Yah aku tau itu jahat, tapi biarlah, dia juga tidak peduli dan santai dengan semua itu. Dan Ryan kadang memanggilku Lil J karna dulu tubuhku sangat kecil dan pendek.
“Damn you Bieber!” kata Ryan di ujung sana.
“Okay whatever, I just need to talk. I don’t even expect you will call as fast as that,” kataku kemudian.
“Send me a picture of her. Curious as hell,” kata Ryan lagi. Aku mengotak-ngatik hapeku sebentar, lalu memilih 1 foto Ajeng, dan mengirimkannya ke Ryan. Satu dari sekitar belasan foto Ajeng yang ada di hapeku.
“Sent,”
“Dude! Dammit! You got a chick over there,” kata Ryan kemudian.
“I know,”


CHRISTIAN POV
Aku masih tidak mengerti apa yang membuatku mau menampung Saviera dan segala macam yang kulakukan sampai sekarang, bahkan bolos sekolah. Apa tadi kata Caitlin? Aku terlalu baik? Dan sering disalah gunakan? Dimanfaatkan? Well, aku tidak merasa begitu, tapi Caitlin bukan orang pertama yang berkata seperti itu padaku.
Saviera menuruni tangga dan langsung bisa melihat aku yang masih duduk di ruang tengah sambil menonton channel TV yang random kupilih dari tadi. Saviera kemudian tersenyum kecil ke arahku, sambil menuruni tangga lalu duduk di kursi di sebelahku.
“Thank’s for everything C. You know, aku sebenarnya tidak pantas mendapatkan ini,” kata Savi kepadaku, dengan tatapan sayu. Dia pasti masih sedih.
“Don’t say that! It’s not a big deal, S. you can stay here as long as you need,” kataku kemudian, sementara Saviera hanya mengangguk kecil, lalu menunduk.
“C, I don’t know where to go. If only it possible, can I stay here? Maybe for 2 or 3 days. I’ll find hotel later, but for now…… I mean, if it okay with you…” kata Savi sambil memandang takut-takut ke arahku.
“Oh yeah, not a big deal. My dad will back like 3 days from now. I will ask Caitlin, but I think she’s okay with that,” kataku langsung. Kasihan Savi. Aku tidak akan mungkin membiarkannya berkeliaran di hotel dalam keadaan seperti ini.
“Thank you. Aku tau aku selalu bisa mengandalkanmu. Kau memang sangat baik Chris. Aku malu sebenarnya harus menelponmu kemaren, but I have no choice. Thank you,” katanya lagi. Aku hanya tersenyum sementara Savi masih memandang lekat ke arahku. Aku mulai merasa nervous.
“I think you need to grab something to eat. I will cook something for you,” kataku akhirnya, merasa kikuk dan berdiri ke arah dapur. Saviera mengikuti dari belakang.






maaf yaaa, udh 17 hari aku tinggalin. maklum nih, akunya sibuk banget skripsian -__-"
ga perlu banyak bacot, pokoknya tungguin aja ntar kelanjutan dan kejutan-kejutan lainnya. soal ending Ajeng sama siapa, tunggu aja yaw (: pokoknya mantep :P
Oh iya, kalo mau komentar, saran, or anything, boleh mention ke @ribkadel langsung atau ke @jdbbeadlesbride juga bisa (: I would love to hear some comment (:
Keep reading, and spread the link yaw fellas.
Merci Beaucoup


xoxoxo
@ribkadel

Reply · Report Post