'Never Say Never' part 3
Enjoy reading;)




“Gosh, that was wild.” Kata Sahra sambil menggosok-gosok rambutnya dengan handuk dan ikut duduk bersama Justin di gazebo.
“But very funny. Hahaha.” Balas Justin sambil tersenyum.
“Maybe that was the very greatest time in my life.” Ucap Sahra tulus, membuat lelaki yang ada dihadapannya tersenyum senang. Sahra mengambil 1 buah anggur dan meneguk jus jeruk yang sangat segar hingga tandas dalam satu teguk. “The sky..so..beautiful.” Kata Sahra kembali terhipnotis dengan keindahan langit siang hari itu. Gumpalan-gumpalan awan yang membentuk seperti tupai membuat awan menjadi lebih indah, dan ditambah dengan burung-burung yang bertebaran.
“The clouds form (membentuk) squirrel (tupai)! Very adorable!” Sahut Sahra masih sambil menatap takjub langit.
“Nothing interesting. That’s common.” Kata Justin menganggap remeh.
“What! Cant you see? Look! The sky is so beautiful! You must use glasses.” Kata Sahra dengan nada sebal dan mulutnya yang dimonyongkan karena kesal dengan komentar Justin.
“Do you really like the sky?” Tanya Justin mulai serius.
“Yes, I do. Of course. And btw, don’t you know? My name is Sahra Sky.” Jelas Sahra bangga karena namanya ada kata ‘Sky’-nya.
“Right!! Will you to accompany me playing some games at Dufan tomorrow?” Pinta Justin yang tiba-tiba saja mendapat sebuah pencerahan.
Dengan satu informasi kecil yang ia terima yaitu...Sahra menyukai awan! Dia akan membuat perempuan itu terkejut-kejut besok dengan ide cemerlang yang tiba-tiba muncul dari otaknya yang memang sangat jenius ini.
(Sisa siang itu pun mereka habiskan dengan bernyanyi, bermain catur dan akhirnya karena bosan mereka berenang lagi. Sampai malam tiba, akhirnya mereka pulang ke Jakarta.)
***
Sahra dan Justin baru sampai di Dufan. Sesampainya disana, mereka berjalan-jalan tidak keruan, asal ada permainan yang menurut mereka bagus, ya naek, kalo engga, ya naek juga, sampe permainan njot-njotan berbentuk gajah yang biasanya untuk anak kecil itu, dan kuda-kudaan mereka naiki semuanya, biasa..ga mau rugi.
“Justin, I’m thirsty.” Kata Sahra sehabis mengelilingi Istana Boneka.
“Wait here, I’ll buy some drink.” Perintah Justin dan langsung berlari menuju salah satu kios penjual dan membeli 2 botol air minum. Dia kembali dan mengasih 1 botolnya buat Sahra. “What will we play after this?” Tanya Justin sehabis meneguk seperempat air didalam botolnya.
“How about Niagara?” Kata Sahra semangat.
“Niagara? Okayy.” Balas Justin santai dan merekapun langsung ikut antrian yang tidak terlalu panjang.
“Readyy?” Sahut Sahra pada Justin yang ada disampingnya, saat mereka sudah ada diatas kapal.
“Ofc.” Jawab Justin dan kapal-pun segera bergerak. Setelah beberapa menit mengarungi tempat-tempat gak jelas, kapalpun kini menaiki tanjakan(?) atau whatever, dan akhirnyaa......
BYUUUUUUUUUR!!
Sahra refleks memeluk Justin untuk menghindari cipratan air, walau sebenarnya sia-sia, tapi ga salah kan kalau menghindar?
“Hahaha, you scared!” Sahut Justin ketika melihatku memeluk tubuhnya. Tapi tak urung juga muka Justin menjadi merona merah, mukaku juga pasti memerah sekarang.
“Shut up, that was reflex.” Kata Sahra sambil turun dari kapal.
“Sorry.” Kata Justin sambil mengelus rambut Sahra halus, membuat Sahra semakin cenat-cenut. Sahra merasakan pipinya memanas, jantungnya berdegup sangat cepat, perasaan menggelitik itu kembali datang..dan hanya datang ketika dia sedang bersama Justin, Sahra masih belum bisa memastikan apa hal itu, karena dia tidak berani menebak terlalu dalam..
“Whats next?” Tanya Sahra setelah menetralkan kembali degup jantungnya, walu sia-sia..karena sekarang Justin mulai merangkul pundaknya.
“Why you ask me?” Tanya Justin bingung mau jawab apa. Kan yang orang Jakarta si Sahra, yang tau permainannya Sahra, kenapa Sahra malah nanya Justin?
“Sorry I forget. How about pontang-panting?” Ajak Sahra semangat. Dan mereka pun langsung memasuki Kawasan Fantasi Yunani dan segera berbaris mengantre diarea pontang-panting. Setelah basah-basahan seperti tadi itu ya enaknya maenan angin~
“You sit there, I sit here.” Suruh Justin menunjuk bangku yang bersebelahan setelah selesai mengantre dan mendapat giliran bermain.
“Okay.” Kata Sahra nurut dan duduk disamping Justin.
Saat pontang-panting mulai naik dan ingin berputar-putar, Justin langsung menggenggam tangan Sahra kuat, seakan tidak mau terlepas dari genggaman itu. Dan mereka berdua menikmati permainan itu dengan tangan yang terjalin erat, tak urung Sahra membalas genggaman tangan itu, membuat Justin senang setengah mampus pas mendapati Sahra membalas genggamannya. Sahra tidak bisa menetralkan jantungnya yang berdegup kelewat cepat, dan mengakibatkan butiran-butiran emosi berjatuhan dari matanya, emosi kebahagiaan. Justin yang tidak mengetahui hal itu –karena terlalu serius berteriak ‘WOHOOOO’ saat pontang-panting tersebut sedang berlangsung— jadi dia tidak merespon apa-apa. Sahra masih tetap menangis terisak bahkan saat pontang-panting sudah mulai selesai.
“Wowww. I want more!” Sahut Justin sambil turun dari bangkunya, sengaja ia melepas genggamannya karena ia tidak bisa turun jika masih bergenggaman tangan. “Sahr..why are you?” Tanya Justin panik ketika mendapati Sahra menangis terisak.
“I’m okay.” Kata Sahra sambil tersenyum setelah akhirnya ia bisa menetralkan isakannya.
“Don’t crying.” Ucap Justin sambil mengecup kening Sahra dan memeluknya.
“I’m crying because I’m happy.” Jelas Sahra menenangkan Justin. Akhirnya mereka berdua keluar dari area pontang-panting.
“How about Hysteria for the next?” Pinta Justin masih sambil mengelus-elus rambut Sahra, menenangkannya.
“Okay.” Kata Sahra dan mereka mulai memasuki Kawasan Eropa. “Too crowded.” Kata Sahra jadi malas ketika melihat antriannya sangat panjang.
“Don’t worried.” Ucap Justin dan dia berbicara sebentar dengan petugas, dan akhirnya petugas itu memperbolehkannya masuk tanpa mengantre.
“How can?” Tanya Sahra takjub.
“I’ll do anything for u.” Ucap Justin mulai gombal lagi. Dan setelah hysteria-nya kosong, Justin dan Sahra naik ke bangku masing-masing, dan satu hysteria hanya untuk mereka berdua!
“Justin, its just us...?” Tanya Sahra heran ketika mendengar suara mesin mulai menderu dan hysteria-pun sedikit-sedikit mulai berjalan.
“Sssstttt.” Desis Justin kencang sehingga Sahra bisa mendengarnya.
Hysteria tersebut naik sampai ujung paling atas, dan ketika sudah sampai dipaling atas tiba-tiba.....MATI! HYSTERIA-NYA MATI! MATI! MATI!
“GOD!!!!” Teriakku kencang saking paniknya.
“Sahra, chill. See the view, so beautiful, isn’t it? And the sky, we’re so close to it.” Kata Justin setengah berteriak untuk membuat Sahra mendengarnya. Sahra tertegun sejenak, rasa takutnya tiba-tiba hilang tergantikan rasa damai yang sangat menyegarkan seluruh hati dan pikirannya..begitu damai dan sepi.
“But, it cant working! I’m scared!” Kata Sahra tiba-tiba ingin nangis.
“I debiletarely plan this for you...(Aku sengaja merencanakan ini untuk kamu). Because I know you love the sky, and its make you so close to the sky.” Jelas Justin sambil memandang langit dengan cermat, ternyata benar..langit itu indah.
Sahra sangat terkejut mendengarnya, tangisnya pecah saking bahagianya dia.
“Oh My God! How sweet are you! You’re really really...” Sahra berbicara dengan terisak, emosinya yang terlalu banyak membuat isakannya semakin sesak.
“Don’t crying. There’s more.” Kata Justin sambil tersenyum. Sahra menengadah untuk melihat apa lagi yang akan Justin perbuat.
“Whats more?” Tanya Sahra yang tangisnya mulai mereda.
“You can look at the Tornado area.” Perintah Justin. Sahra langsung mencari-cari tempat permainan Tornado, dan setelah ketemu, dia tertegun ditempatnya dengan mata dan mulut yang terbuka lebar-lebar.
Biarkan aku menjelaskannya, jadi disebelah kanan badan Sahra terlihat permainan Tornado, dan salah satu bagian Tornado itu menghadap kearah Sahra, membuatnya bisa melihat jelas apa yang terjadi diatas Tornado tsb. Dan..yang terlihat dari Tornado tersebut adalah tulisan berderet “Be My Girl?” dengan huruf terpisah satu-satu dan huruf itu dipegang oleh orang yang duduk dibangku Tornado itu. Mengertikan maksudku?
Sahra masih melihat kearah Tornado tersebut dengan mata lebar dan mulut yang ia tutup saking terkejutnya.
“Sahr, would you be my girl?” Tanya Justin sambil mengambil tangan kiri Sahra dengan susah payah karena dirinya tergencet safetybelt. Sahra tidak segera menjawab, ia melihat-lihat semua kejutan yang baru Justin berikan padanya. Ia menatap langit yang sangat cerah hari ini, burung-burung juga banyak yang sedang berterbangan diudara sekarang ini, pandangannya beralih pada lautan lepas yang berwarna biru kehijauan, dan banyak pohon-pohon yang bertebaran, pemandangan dari sini luar biasa indah, akan selalu teringat dalam memorinya tentang hari ini, tentang orang teromantis yang pernah ia temukan.
“Why me?” Pertanyaan itu terucap begitu saja tanpa proses lebih lanjut didalam otak.
“Because..you’re different, you can be yourself when you’re with me, not like anyothers, and you’re very funny, mysterious, and I felt this at the first sight.” Jelas Justin masih menggenggam tangan Sahra lembut.
Sahra memutar kembali memori yang ada diotaknya, mencari-cari semua memori tentang Justin Bieber diotaknya, 7 hari yang sangat spesial, 7 hari yang sangat berwarna dan 7 hari terindah dalam hidupnya, itu semua karena...Justin. Ia memutar kembali memorinya, ketika Justin melakukan hal yang spesial, munculah hal menggelitik yang membuat perutnya mual, pipinya yang sering memerah jika berhadapan langsung dengan dia dan degup jantungnya yang jauh dari normal jika bertemu dengannya, apakah itu semua berarti ‘cinta’?
“Justin..no no.” Jawab Sahra sambil geleng-geleng, air matanya tumpah. “No, I wouldn’t refuse you. I love you.” Dan kata-kata itu terucap sendiri oleh Sahra, jawaban yang datang dari hati.


Thanks for reading:)

Reply · Report Post