amfirs

a.m. firmansyah · @amfirs

10th Jun 2011 from Twitlonger

@rahmasarita : Sejak muncul Twitter kamu pada 1 Juni 2011 mengenai cari donor darah golongan A negatif di Surabaya, aku berpikir untuk cari tau siapakah yang sakit. Tapi mengingat beberapa waktu lalu aku sudah pernah juga telepon ke TV baru yang konon tempat kerja kamu itu namun yang terima telepon bilang gak ada yang bernama Rahma Sarita, aku jadi gak tau mau cari info kemana.
Sehingga aku pilih pasif aja menunggu lebih lanjut pesan baru di Twitter kamu. Namun sampai tanggal 8 Juni 2011 belum juga muncul pesan baru itu. Tanggal 9 Juni 2011 aku mulai persiapkan untuk langsung datang saja ke alamat TV baru itu, yang beralamat di jalan yang memuat kata "Bawah" itu.
Sore hari pada 9 Juni 2011 itu aku merencanakan untuk print pesan Twitter kamu itu sesudah Maghrib, tapi kemudian hujan gerimis. Dan malam hari di TV-One lagi ada acara yang menarik, Editorial Club, dipandu Alfito Deannova dan ada pak Karni Ilyas juga, dengan bintang tamu Redaksi dari Jurnas, Suara Pembaruan, dan Tempo, sehingga akupun nonton TV aja sembari menunggu hujan reda. Kadang hujan emang reda, tapi terus gerimis lagi.
Pagi hari tanggal 10 Juni 2011 baru aku sempat print ke warnet dekat rumah, dan langsung berangkat ke Mal Cinere sambil menunggu waktu sholat Jumat.
Tanggal 10 Juni 2011 itu aku pikir memiliki makna penting yaitu karena kata "tanggal" dapat pula berarti "lepas", seperti pada kalimat "gigi anak itu tanggal". Sehingga kata "tanggal 10" dan aku menuju alamat TV baru yang memuat kata "Bawah" dapat menjadi simbolik bahwa aku nggak berminat untuk menyebabkan orang nomer satu di negeri ini menjadi kosong, tanggal satu kosong, lepas satu kosong. Sesuai yang aku sering ungkapkan soal aku nggak berminat masuk ke dunia politik.
Jam setengah duabelas siang aku sudah di mesjid Al-Ittihad di perumahan Cinere di seberang Mal. Mesjid itu di dalam perumahan, jadi kalau dari Mal Cinere harus menyeberang jalan dulu, lalu jalan kaki di depan toko-toko yang ada di seberang Mal yang antara lain ada Apotik Kawi Jaya, BCA, dan di ujung ada restoran Padang kemudian ada sebuah jalan masuk komplek perumahan lalu deretan toko berlanjut lagi yang dimulai dengan Bank Mandiri di pojok berseberangan dengan Pizza Hut.
Tapi jangan jalan terus ke depan Bank Mandiri itu, melainkan masuk ke jalan yang diapit oleh restoran Padang dan Bank Mandiri itu. Setelah berjalan ke dalam komplek perumahan itu sekitar 500 meter, barulah ketemu dengan mesjid Al Ittihad itu. Mesjid itu diapit dua jalan yaitu jalan Nangka Barat dan jalan Rambutan.
Waktu aku masuk di halaman mesjid belum terlalu ramai cuma ada sekita lima orang, dua orang yang datang bareng aku dan tiga orang yang emang sudah ada di halaman mesjid.
Sesudah ke toilet dan wudhu, aku pilih duduk di halaman dekat tangga masuk mesjid di bagian paving blok yang diberi tikar. Sehingga kalau dibanding lantai teras mesjid mungkin sekitar setengah meter lebih rendah, agar sesuai rencanaku hari itu sesudah sholat Jumat mau ke jalan yang menggunakan nama "Bawah", tempat kamu kerja.
Aku duduk tepat berhadapan dengan teras mesjid yang sekitar setengah meter lebih tinggi dari tempatku duduk. Mula-mula tembok pinggiran lantai teras setinggi setengah meter itu tampak bersih dari semut. Tapi lama-kelamaan muncul beberapa semut kecil seperti yang suka mengerumuni makanan manis, berjalan terpencar-pencar menuju ke tikar tempat aku duduk. Aku cari barangkali ada sisa makanan disitu, tapi gak ada. Kemudian muncul lagi rombongan semut yang lebih banyak, berbaris seperti orang mengantar jenazah, dan mengarah ke tikar di bawah kaki kananku yang sedang bersila. Akupun bergeser ke kanan, dan memperhatikan lagi ada apakah di tikar itu, tapi gak kelihatan ada apa-apa. Dan rombongan semut itupun seperti kemudian kebingungan, mencari-cari, lalu mulai kembali ke sarang lagi berupa lubang kecil di pinggiran lantai teras mesjid itu.
Maka akupun membatalkan rencana ke TV baru tempat kamu kerja itu. Sebab khawatir juga melihat rombongan semut seperti mengantar jenazah itu, jangan-jangan ada orang penting yang meninggal setelah aku ke TV baru tempat kamu kerja itu. Seperti ketika tanggal 29 Desember 2009 aku ke Wisma Nusantara tapi kamu lagi nggak tugas di acara Apa Kabar Indonesia malam, dan keesokan hari muncul berita Gus Dur meninggal dunia.
Juga mengingatkan aku waktu ke pertemuan teman SMA-ku di Plaza Senayan pada 28 Maret 2007 yang semula direncanakan diadakan di restoran Crystal Jade di lantai tiga, tapi kemudian setengah jam menjelang acara dimulai mendadak dipindah ke Canton Bay di lantai basement di bawah. Dan kemudian pada 30 Maret 2007 muncul berita Chrisye meninggal dunia.
Kembali ke saat di mesjid Jumat siang tadi, waktu suara Qomat untuk memulai sholat Jumat sudah muncul, orang yang di depanku di teras mesjid itu kebetulan bergeser ke depan, sehingga tempat yang semula dia tempatipun menjadi kosong. Aku sempat menunggu sebentar barangkali orang di kiri atau kananku ada yang mau maju isi tempat kosong itu, tapi nggak ada sehingga aku yang maju naik ke teras mesjid itu. Selesai sholat aku perhatikan bagian belakang baju orang itu bertuliskan "Toyota moving forward", mungkin karyawan dari Astra atau dealer Toyota lain.
Sampai di rumah aku telpon ke kantor TV baru itu, dan diberi tahu sudah pindah sejak dua bulan lalu tapi si penerima telepon itu nggak tau nomer telepon di alamat baru itu. Dia cuma tau nomer kantor di alamat baru itu adalah 40 - 41. Insya Allah pada tanggal 13 Juni 2011 Senin besok aku datang ke alamat baru itu, meskipun aku belum tau apakah betul kamu kerja di situ atau kamu sudah pindah juga ke perusahaan lain. Yang penting nomer 40 - 41 itu seperti terkait namaku Firman yang dalam bahasa Jerman atau Belanda "fir" itu berarti "empat", dan sesuai dengan statusku untuk menjadi kosong, ketemu ajal untuk kebaikan umat manusia dan menghindar dari politik, "empat mengosongkan empat satu".

Reply · Report Post